Traveling ke
pulau dan pantai yang belum terjamah banyak wisatawan tentu menyenangkan.
Sulitnya mencapai Pulau Selayar di Sulawesi Selatan, akan membuat Anda
terkagum-kagum dengan surga tersembunyinya.
Selayar,
sebuah pulau kecil yang membentang di ujung kaki Sulawesi Selatan. Salah satu
surga dunia yang belum pernah terjamah, dan mungkin belum banyak terdengar di
telinga para traveler.
Akses yang
rumit dan minimnya jadwal penerbangan ke daerah ini membuat Pulau Selayar kurang
populer. Namun, siapa sangka Pulau Selayar memiliki beribu keindahan yang tidak
kalah dengan pantai seperti Bali, Lombok, dan lainnya.
Perjalanan
saya menuju Selayar dimulai dengan penerbangan dari Jakarta ke Makassar selama
2 jam. Setelah itu, sisa perjalanan ditempuh melalui jalur darat. Jika memilih
jalur udara, ada beberapa penerbangan yang bisa mengantarkan Anda ke Selayar.
Namun,
karena minimnya jadwal penerbangan ke Selayar, maka saya memilih jalur darat.
Untuk tiba di Selayar, saya harus menempuh 5 jam perjalanan mobil melewati
Gowa, Takalar, Jeneponto dan Bantaeng.
Sampai
akhirnya saya tiba di Bulukumba yang terletak di ujung kaki Sulawesi Selatan.
Perjalanan tidak terasa membosankan karena ditempuh melalui Jalan Poros. Anda
akan disuguhi keindahan pantai yang membentang di Sulawesi Selatan selama
perjalanan.
Setibanya di
Bulukumba, tepatnya di daerah Bira perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan
kapal ferry, untuk menyeberang ke Pulau Selayar. Sayang sekali, mobil yang saya
tumpangi tidak bisa ikut menyebrang karena banyak truk dan bus di dalam kapal. Perjalanan
kapal ferry ini ditempuh selama 2 jam. Sepanjang perjalanan, Anda akan disuguhi
pemandangan bentangan pulau Sulawesi yang indah dan hembusan angin. Hembusan
angin ini membuat Anda ingin memejamkan mata selama perjalanan.
Tak terasa,
kapal ferry sudah bersandar di Pelabuhan Selayar. Saya pun lekas turun. Di
sana, saudara saya sudah menunggu untuk mengantarkan saya dan rombongan ke Kota
Benteng, ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar.
Perjalanan
dari pelabuhan menuju ke Kota Benteng ditempuh sekitar 1 jam. Minimnya
penerangan jalan dan kondisi jalan yang kurang baik menuju ke Kota Benteng,
membuat perjalanan agak terhambat. Saya tiba di
Kota Benteng sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Lalu saya langsung check-in di
salah satu hotel kelas melati di pinggir pantai. Perjalanan tidak berhenti
malam itu. Perut kosong memaksa saya untuk berjalan-jalan sedikit menikmati
indahnya malam pertama di Kota Benteng.
Saya
menemukan warung nasi padang di dekat hotel. Namun kali ini saya terkejut
dengan menu yang disajikan di warung nasi padang. Umumnya, warung nasi padang
hanya menyediakan makanan khas Padang, namun di Selayar, warung nasi padang
menyajikan seafood segar. Perjalanan
malam itu ditutup dengan perut yang terisi penuh. Saya pun kembali ke hotel dan
bersiap untuk memulai petualangan esok hari.
Saya
terbangun pukul 04.00 waktu setempat dan langsung membuka laptop untuk cek
email, dan browsing tentang spot menarik di Selayar. Sekitar pukul 06.00 waktu
setempat, saya berjalan keluar hotel dan langsung menuju pantai.
Wow! hanya
itu yang bisa saya katakan. Pagi yang sangat indah membangunkan semangat saya
untuk terus menjelajahi Selayar. Kebetulan hari itu adalah hari Minggu.
Banyak warga
lokal bersepeda di sekitar pantai dan berenang di pantai. Sungguh menyegarkan.
Saya tidak berlama-lama karena harus bersiap menyeberang ke Pulau Pasi. Sebuah
pulau kecil yang juga merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Selayar.
Sekitar
pukul 09.00 waktu setempat, saya berangkat menuju Pulau Pasi. Perjalanan
ditempuh menggunakan perahu milik nelayan lokal. Tidak butuh waktu lama untuk
menyeberang ke Pulau Pasi. Sekitar 10 menit kemudian, saya sudah sampai di
sana.
Tujuan utama
pergi ke Pulau Pasi adalah mengunjungi rumah keluarga saya. Saya tidak tahu
bahwa di sana ada surga yang tersembunyi hingga akhirnya diberi tahu oleh
keluarga yang tinggal di sana. Saya pun tertarik untuk melihatnya.
Butuh
sekitar 10 menit menggunakan sepeda motor untuk tiba di surga yang disebut
Pantai Liang Tembus. Lokasi Pantai Liang Tembus berada di ujung lain Pulau
Pasi.
Bisa
dibayangkan betapa kecilnya Pulau Pasi. Dari ujung satu ke ujung lainnya hanya
memakan waktu 10 menit perjalanan. Namun medan yang ditempuh tidaklah mudah. Ada
beberapa tanjakan yang cukup terjal dan juga kondisi jalan yang kurang memadai.
Setibanya di
Pantai Liang Tembus, betapa terkejutnya saya. Saya tidak pernah melihat pantai
dengan pasir seputih ini sebelumnya. Belum lagi airnya masih sangat jernih. Sangat
jelas terlihat ikan-ikan kecil berenang di dalamnya.
Sekali lagi,
saya tersihir oleh keindahan alam Selayar. Pantai Liang Tembus sangat sepi dan
jarang didatangi turis. Alasannya akses yang sulit dan kurangnya sosialisasi.
Sejauh mata memandang, yang bermain di pantai ini hanya anak-anak lokal yang
sedang berlibur sekolah.
Awalnya saya
tidak berniat untuk berenang di pantai karena tidak membawa pakaian ganti.
Namun, sihir keindahan alam Selayar ini berhasil membuat saya nekat nyebur.
Sangat menyegarkan dan menyenangkan!
Saya
berenang bersama ikan-ikan kecil dan bermain di karang. Sebuah pengalaman yang
benar-benar baru bagi saya. Puas berenang dan bermain bersama ikan-ikan, saya
pun kembali ke rumah saudara saya.
Syukur,
ternyata di rumah saudara sudah tersedia ikan bakar yang baru saja dipancing.
Saya pun mengisi perut yang sudah kosong ini dengan ikan bakar yang benar-benar
fresh.
Sebuah
perjalanan yang sangat singkat namun tak akan pernah saya lupakan. Sebagai anak
yang besar di daerah perkotaan, melihat keindahan Pulau Selayar ini bagai angin
surga yang menyegarkan nafas yang sesak oleh kekusutan kota besar.
Sebuah
perjalanan yang membuka mata saya bahwa ternyata Indonesia masih memiliki
banyak potensi pariwisata yang belum tergali. Selayar... Saya pasti akan
kembali kesini!
No comments:
Post a Comment